Selasa, 31 Desember 2013

CARA KULTUR ALGA SPIRULINA DAN CHLORELLA

Berikut ini kami bedah cara paling simple mengkultur Alga Spirulina dan Alga Chlorella. Kedua jenis alga ini memiliki protein yang tinggi dan sangat baik tumbuh di kolam ikan lele dibandingkan jenis alga lainnya dalam mendukung kolam Green Water System (GWS) yang telah pernah kami bedah pada artikel sebelumnya.

Jika Anda memperoleh 1 botol air hijau yang berisikan bibit Alga Spirulina Air Tawar ataupun Alga Chlorella Air Tawar, maka sebelum digunakan pada kolam-kolam ikan lele, terlebih dahulu di kultur pada media lain, misalnya pada sejumlah botol bekas air mineral ataupun Aquarium maupun pada drum fiber.

Untuk proses mengkultur kedua alga tersebut, perlu dilakukan tahapan-tahapan sederhana dan mudah sebagai berikut :

Setengah liter bibit Alga dapat di kultur dengan 4 liter air bersih (lebih baik lagi pakai air isi ulang) di sebuah wadah seperti sejumlah botol-botol bekas air mineral, sebelum nantinya dikultur lebih lanjut pada Aquarium ataupun Drum fiber hingga ke kolam out-door khusus kultur alga.

Isi 4 liter air bersih pada sebuah ember, tuangkan bibit alga Spirulina atau Chlorella dan aduk beberapa menit saja agar merata.

Selanjutnya, berikan pupuk sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bibit alga pada ember sbb :

a. 30 ppm Pupuk Urea (30 gram)
b. 10 ppm Pupuk TSP (10 gram), jika tak ada TSP boleh diganti dgn NPK.

Aduk pupuk, air dan bibit alga dalam ember. Lalu tuang air itu ke dalam 4 atau 5 botol bekas air mineral yang tutup-tutupnya telah dilubangi untuk memasukkan selang-selang udara dari mesin pompa udara (aerator).

Hidupkan pompa udara selama 24 jam sehari non-stop hingga air menjadi hijau dalam 4-5 hari. Bila kultur dilakukan di dalam ruangan (in-door), maka perlu dibantu penyinaran dengan cahaya lampu pijar 60 watt ataupun lampu neon non-stop 24 jam sehari agar bibit alga dapat melakukan proses fotosintesis dan terus berkembang biak.

Jika dalam 4-5 hari air pada botol-botol tersebut sudah muali berwana hijau, silahkan di kultur lagi pada Aquarium besar ataupun drum-drum fiber yang diberi selang2 udara aerasi dan pecahayaan lampu juga, kecuali media berada diluar ruangan (out-door) yang dapat menerima sinar matahari.

Proses sepekan berikutnya, alga tersebut dapat Anda kultur di kolam khusus kultur (out-door) yang besar, agar air hijaunya semakin banyak lagi yang nantinya dapat Anda gunakan atau alirkan ke kolam2 ikan lele saat memulai penebaran benih baru.

Semoga bermanfaat. []

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Prof. Ibnu Sahidhir, di BBAP Ujung Batee, Aceh yang telah membantu memberikan bahan dan informasi untuk penyusunan artikel pendek ini.

----

Kupas Tuntas "Red Water System"

Open Your Mind about : "RED WATER SYSTEM (RWS)"

Red Water System menjadi salah satu cara baru dalam kegiatan budidaya ikan lele di Indonesia dengan memanfaatkan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dalam proses pembesaran benih ikan lele tanpa ganti air kolam hingga panen dengan cara fermentasi Yakult, Ragi Tape dan Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / GulaMerah).

Jika selama ini para pembudidaya lele sangat khawatir dengan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolamnya dapat mengganggu kesehatan ikan. Namun dalam Red Water System ini kotoran-kotoran ikan itu justru menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri Lactobacillus dan Saccharomyces yang akan diserap sebagai pakan utamanya.

Saccharomyces sendiri memang bukan bakteri, tapi sejenis ragi/yeast yang tujuannya memberikan Lactobacillus dan yeast ke dalam kolam untuk memberikan asam organik yang akan merangsang tumbuhnya bakteri ungu/purple non sulfur.

Agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tak terserap semua oleh kedua bakteri itu, maka penting untuk menempatkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.

Kolam Red Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300 ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran ikan lele di dasar kolam.

PROSES APLIKASI RED WATER SYSTEM (RWS) :

1. Bahan-Bahan :

a. Air Bersih = 18 liter.
b. Yakult = 4 botol.
c. Ragi Tape = 2 butir
d. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1 liter.
e. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua)
e. Jerigen 20 liter = 1 unit

2. Cara Mengolah Bahan :

Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yg sudah di tumbuk halus) dan Air Kelapa Murni ke dalam Jeringen yang telah berisi air bersih. Kocok jerigen selama 1-2menit agar semua bahan2 terlarut merata.

Simpan jerigen beserta bahan-bahan tersebut selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.

3. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele :

Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan Fermentasi Yakult, Molasses, Ragi dan Air Kelapa yang sudah jadi di jerigen setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam sebanyak :

Setiap 1 m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau setara dengan 1/2 gelas Aqua.

Sisa bahan fermentasi tetap di simpan di dalam jerigen untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam.

Letakkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam sebanyak 1 Kg/m3 (bukan dibagian dasar kolam) yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus di dalam air kolam lele.

Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari, maka dari hari ke hari air kolam akan berubah warna perlahan-lahan dari warna Hijau, Coklat hingga menjadi warna Merah muda.

Anda jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan sangat minim kotoran ikan karena telah di makan oleh bakteri Lactobacillus dan juga diserap oleh Arang yang di letakkan di dasar kolam.

Disarankan untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, yang bertujuan untuk mengaduk bakteri Lactobacillus yang mengendap di dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.

4. Pemberian Pakan Ikan Lele :

Pemberian pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk dibibis dulu dengan air hangat dan di angin-anginkan sebelum ditebar ke kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih.

Kasus perut kembung pada benih lele sering juga terjadi saat peralihan pelet misalnya dari FF 999 menuju ke 781 (-1) dan seterusnya.

Pemberian pakan / pelet pada sistem ini tidak diperlukan lagi Probiotik, karena hasil fermentasi bahan-bahan Red Water System (RWS) ini juga adalah Probiotik. []

---

Info Tambahan Tentang RED WATER SYSTEM Dari Prof. Ibnu Sahidhir, :

1. Atasi sumber air sumur / sumur bor dari kandungan logam berat seperti, zat besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu) dan alumunium (Al) dengan filter karbon aktif, atau dengan penaburan Kapur Dolomit sebanyak 300 gram/m3 pada seluruh permukaan air kolam (jumlah Dolomit disesuaikan dengan luas kolam dan tinggi air yang direncanakan)

2. Penetesan bahan2 hasil fermentasi Yakult, Molases, Ragi, dan Air Kelapa sesuai dosis yang dianjurkan, hanya dilakukan hingga air kolam berubah berwarna menjadi Merah. Jika air kolam sudah berwarna Merah, maka penetesan hasil fermentasi tersebut harus dihentikan / di stop.

Proses perubahan air kolam menjadi Merah saat diberikan tetesan bahan2 hasil fermentasi itu adalah, diawali dengan perubahan air kolam menjadi warna Hijau bila matahari terang terus menyinari air kolam, selanjutnya dari air Hijau akan berubah menjadi warna Coklat dan akhirnya air kolam berubah menjadi warna Merah. Ketika sudah berwarna Merah, penetesan bahan-bahan fermentasi di stop / dihentikan.

Pada bagian lain, air kolam juga bisa berubah menjadi warna Hitam, jika proses penetesan bahan fermentasi pada air kolam tidak memperoleh sinar matahari yang cukup (karena sering hujan/mendung). Maka proses Red Water dapat disebut rusak, sebab itu sebelum air kolam menjadiwarna Hitam, maka segeralah air kolam di buang 10% dan di ganti dengan air yang baru 10% dan dilakukan dalam beberapa hari sambil terus diteteskan bahan2 hasil fermentasi tersebut sampai air berubah menjadi Merah.

3. Jika suatu hari mencium air kolam Merah mulai berbau, maka kurangi pemberian pakan/pelet atau dipuasakan sehari yang disertai dengan memberikan Kapur Dolomit pada air kolam. []

Foto Artikel : Ilustrasi.

----

Sumber :
Prof. Ibnu Sahidhir, Peneliti Bidang Perikanan pada Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, Provinsi Aceh.

Dirangkum dan ditulis oleh :
Achmad Jauhari (Arie), Direktur Utama Radio KISS FM dan KISS TV Kabel Banda Aceh.

----

NOTE :

Aplikasi RED WATER SYSTEM (RWS) ini di persembahkan secara GRATIS kepada bangsa dan negara khususnya bagi para pembudidaya ikan lele dari Sabang hingga Papua. Sangat tidak dianjurkan untuk dikomersialkan dengan cara apapun,dengan alasan apapun dan oleh siapa-pun untuk kepentingan memperkaya diri pribadi dan kelompoknya.

Siapapun yang ingin menyebarluaskan informasi tentang Aplikasi RED WATER SYSTEM ini sangat diizinkan dengan tetap menyebutkan sumbernya dan tidak untuk tujuan dikomersialkan. Terima kasih.